My Holiday guide you to see the beauty of the West Borneo

Ritual Nyobeng 2010

Minggu, 07 Februari 2010


 
Ritual Nyobeng dari berbagai referensi merupakan sebuah ritual memandikan atau membersihkan tengkorak manusia hasil mengayau oleh nenek moyang. Ini dilakukan oleh suku Dayak Bidayuh, salah satu sub-suku Dayak di Kampung Sebujit, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Upacara ini cukup mengharukan, dan berlangsung selama tiga hari. Dilaksanakan mulai tanggal 15 hingga 17 Juni 2010

 
Mengayau adalah peristiwa memenggal kepala manusia, kemudian tengkoraknya diawetkan. Sekarang, tradisi mengayau sudah tak dilakukan lagi. 
 
Kegiatan utama ritual Nyobeng yakni, memandikan tengkorak yang tersimpan dalam rumah adat. Sesuai aturan yang dipercaya secara turun temurun. Acara dimulai dari menyambut tamu di batas desa. Awalnya, ini dilakukan untuk menyambut anggota kelompok yang datang dari mengayau. Penyambut, mengenakan selempang kain merah dengan hiasan manik-manik dari gigi binatang. Dilengkapi dengan sumpit dan senapan lantak yang dibunyikan, ketika para tamu undangan hendak memasuki batas desa. Sumpit juga diacungkan secara bersamaan. Letusan suara dari senapan lantak ditembakkan tersebut, juga berfungsi memanggil roh leluhur sekaligus minta izin bagi pelaksanaan ritual Nyobeng. Kemudian, tetua adat melemparkan seekor anjing ke udara. Dengan menggunakan mandau, pihak ketua tamu rombongan harus menebasnya. Jika masih hidup, harus dipotong dengan mandau begitu jatuh ke tanah. Prosesi yang sama juga berlaku untuk ayam. Tetua adat melempar telur ayam kepada rombongan tamu. Jika telur tak pecah, maka tamu yang datang dianggap tidak tulus. Sebaliknya, jika pecah, berarti tamu datang dengan ikhlas.

Beras putih dan kuning dilempar sambil membaca mantra. Para gadis lalu menyuguhkan tuak dari pohon nira yang dicampur kulit pohon pakak yang telah dikeringkan. Seusai acara minum, rombongan tamu diantar menuju Rumah Balug yang terletak di tengah perkampungan.

Rumah Balug merupakan rumah adat yang berupa rumah panggung dan berbentuk bulat. Untuk memasuki rumah ini, dibuatkan undakan yang terbuat dari bilah pohon. Lebarnya sekira 10 meter dengan tinggi 15 meter dari tanah.

Saat memasuki tempat upacara, rombongan diberi percikan air yang telah diberi mantra dengan daun anjuang. Tujuannya sebagai tolak bala, agar para tamu terhindar bencana. Ketika memasuki area upacara, para tamu harus menginjak buah kundur yang diletakkan dalam baskom yang lebih dikenal dengan ritual Pepasan.

Bersama warga, para tamu kemudian menari tari Mamiamis sambil mengitari rumah adat. Mamiamis adalah tarian untuk menyambut dan menghormati para pembela tanah leluhur yang baru datang dari mengayau. Tarian ini diiringi oleh Tetua adat sambil menyanyikan lagu dan membaca mantra-mantra.

Tetua adat naik Rumah Balug. Simlog pun dipukul dan mercon dibunyikan. Tujuannya untuk memanggil arwah leluhur juga sebagai tanda dimulainya Upacara Nyobeng. Dilanjutkan dengan makan bersama di Rumah Balug. Toleransi juga tinggi. Bagi warga muslim, disediakan makanan khusus bukan daging babi. Sehabis makan, tamu boleh meninggalkan area rumah adat untuk beristirahat. Pilihannya bisa istirahat di rumah penduduk.

Saat istirahat, sebagian laki-laki di daerah tersebut menyusuri hutan untuk mencari bambu hutan. Diameternya sekitar sepuluhan centimeter. Smentara itu, setiap rumah membuat sesajian yang dioles dengan darah dari sayap ayam. Darah ayam ini juga dipercikkan ke bagian-bagian rumah dan pekarangan yang dianggap sakral.

Setelah dapat bambu hutan yang dicari, para pria itu menggotongnya menuju ke rumah adat secara beramai-ramai. Setelah itu para keluarga dan para tamu kembali menuju rumah adat. Dengan memegang mandau bambu dikitari sambil berbaris. Mandau yang dibawa merupakan pusaka keluarga. Hiasan pada gagang mandau dapat terbuat dari tulang atau kayu. Hiasan pada gagang juga sebagai lambang  yang mengandung makna dan prestasi tertentu dari sipemilik mandau dalam mengayau. Ketika persiapan sudah matang, ketua adat memberi isyarat untuk memulai kegiatan. Salah seorang maju ke depan sambil menarik mandau dari sarungnya kemudian menebaskan mandau ke batang bambu. Jika dalam sekali tebas, bambu putus maka ini merupakan pertanda baik menurut kepercayaan masyarakat adat setempat.

Seusai acara potong bambu, roh pun dipanggil oleh ketua adat. Adapun tujuan pemanggilan roh, leluhur untuk menghadirkan dan memohon ijin agar upacara Nyobeng berjalan lancar dan terlindungi. Tujuh macam sesajian diletakkan di batas desa. Kemudian ketua adat menaiki rumah panggung.  Kotak yang berada di atas bumbungan rumah adat kemudian diambil oleh tetua adat, yang mana didalamnya tersimpan tengkorak manusia dan kalung dari taring babi hutan.  Selanjutnya tetua adat melumuri tangannya dengan ramuan khusus dan terus mengoleskannya pada tengkorak yang ada di dalam kotak. Setelah itu ketua adat memotong seekor ayam hingga kepalanya putus. Kepala dan tetesan darah ayam tersebut dioleskan pada tengkorak. Kemudian tengkorak dimasukkan lagi pada kotak dan disimpan. 

Acara dilanjutkan dengan upacara memotong anjing. Darah anjing yang dipotong kemudian diusapkan pada tiang penyangga rumah adat, rumah-rumahan kecil, dan patung laki-laki dan perempuan yang berada di samping rumah adat dan patung. Rumah-rumahan dan patung-patung tersebut dianggap sebagai asal-usul nenek moyang mereka. Pemotongan anjing dimaksudkan untuk menolak roh jahat. Sebagian daging anjing yang baru dipotong kemudian dibawa ke atas rumah adat.

Source: http://disbudpar.kalbarprov.go.id/wisata-budaya/149-ritual-nyobeng.html 

0 comments:

Posting Komentar

Labels

anggrek hitam (1) Antu gergasi (1) bakpao (1) bakul (1) bambu (1) baning. Nephentes (2) barongsai (3) baronsai (1) batik (2) batik Tidayu (2) bawang putih (1) Bengkayang (1) bengkuang (1) beras ketan (1) betang (1) Bidayuh (1) bika (1) bokor (1) Borneo (1) buah golau (1) bubur (1) bubur gunting (1) bukit kelam (1) cakkue (1) cap go meh (2) cerita dayak (1) cerita rakyat (1) Cucur (1) cuisine (1) daging babi (2) daun pandan (1) daun pisang (1) Dayak (14) Dayak Jangkang (1) dayak mualang (1) Dayak Ngaju (1) Dayak pesaguan (1) Dewi Kwan Im (1) doa bapa kami (1) dwikora (1) ensaid panjang (1) es jeruk nipis (1) Festival (1) garam (1) gima (1) giring-giring (1) gula merah (4) gula pasir (2) gunung (2) ham pan (1) handcraft (12) hukum adat (2) hutan (2) Iban (1) ibanik (1) ikan (1) imlek (1) Jubata (1) juhi (1) kacang tanah (1) kain (2) Kalbar (10) Kalimantan Barat (33) kanayat'n (1) kantong semar (1) kantong semarm sintang (3) kapuas (2) katak (1) kayau (1) kelenteng (1) kelepon (1) kendayan (1) kerajinan tangan (8) keranjang (1) ketan (1) ketapang (1) ketupat (1) kue (8) kue bongko (1) kue dadar gulung (1) kue getuk ubi (1) kue Hu (1) kue kelepon (2) kue lapis (1) kuetiau (1) kuil (1) kuliner (2) lamang (1) lampion (1) landak (1) laut (1) leluhur (1) lezat (1) lila (1) lotos (1) makanan (4) manik-manik (5) Manisan (2) manuhir (1) Melayu (4) mengayau (1) mietiau (1) muri (1) naga (4) nenas (1) Ngaju (1) Nyobeng (1) Oleh-oleh (2) oncoi (1) our lord prayer (1) Pahuni (1) pakaian adat (5) pandan (1) panggang (1) pangkong (1) pantai (2) parutan kelapa (2) pati nyawa (1) peci (2) Pekong (2) penganan (1) Pengkang (1) petis (1) pewarna makanan (1) pisang goreng (1) Pontianak (4) pulut (1) ragi (1) resort (1) rujak (1) rumah adat Dayak (1) Rumah panjang (1) santan (2) sapek (1) Sekadau (1) serampang (1) singa (1) singgkawang (2) singkap mangkok (1) singkar (1) Singkawang (44) singkop (1) Sintang (3) sola (1) songkok (2) sotong (1) sungai (3) Supadio (1) tael (1) tajau (2) Tampung (1) tape (1) tathung (1) Tatung (2) telur (1) tempayan (2) Temple (2) tengkorak (1) tenun ikat (4) tenun traditional (1) Teping kanji (1) tepung beras (3) tepung beras ketan (1) tepung gandum (1) tepung terigu (1) thiam pan (1) timun (1) tionghoa (4) Toa Pekong (1) traditional (1) tuak (1) Tumpi (1) Tumpik (1) ubi kayu (1) udang (1) upacara (1) vanili (1) vihara (3) wajik (1) wajik ketan (1) wisata (1)

  © Blogger template The Professional Template II by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP