My Holiday guide you to see the beauty of the West Borneo

Festival Cap Go Meh di Singkawang

Kamis, 28 Januari 2010


Kalau membicarakan suasana Tahun Baru Imlek di Singkawang kurang afdol bila tidak membicarakan Festival Cap Go Meh. Sebuah perayaan yang dilaksanakan pada setiap tanggal 15 bulan pertama pada penanggalan Imlek. Di mana kita dapat melihat suasana yang sangat meriah. Tua muda, besar kecil semua berbahagia dengan perayaan ini. Tanpa melihat perbedaan etnis dan agama semua ikut memeriahkannya.

Kota dihias dengan lampion, yang pada tahun 2009 memecahkan rekor MURI karena saking banyaknya. Mencapai angka belasan ribu buah. Warna merah lampion di waktu malam tampak begitu indah. Pusat kota menjadi tampak sungguh lain pada saat-saat seperti ini. Kalau kota Singkawang bisa ramai seperti ini setiap tahun pasti penduduknya bisa tambah makmur dan pak Walikotanya tentu bahagia karena PAD-nya meningkat. Hehehehehehehe.

Daya tarik utama dalam setiap tahun perayaan Cap Go Meh ialah adanya aktraksi para tatung, barongsai, singa dan naga. Sebuah kegiatan yang membuat orang yang melihatnya akan sangat terkagum-kagum. Kalau diperhatikan sungguh-sungguh, kegiatan Cap Go Meh di Singkawang merupakan yang paling meriah di seantero negeri ini. Untuk yang ini boleh dikatakan Singkawang menjadi seng tak ada lawan. Bolehlah warganya berbangga hati ( termasuk saya ... hehehehe ).

Saat Cap Go Meh atraksi yang dilakukan oleh para tatung menjadi sajian utama. Akraksi yang diperagakan sungguh luar biasa. Para tatung ini ada yang diangkat di atas tandu, ada pula yang berjalan kaki. Mereka melakukan pertunjukkan yang sungguh membuat rasa takjub bagi melihat ( terutama untuk yang pertama kali melihat peristiwa ini ). Berdiri di atas pisau, mulut ditusuk dengan jarum besar begitu juga dengan tubuh mereka. Pisau yang dihunjamkan ke perut, makan beling dan masih banyak lagi. Pokoknya seru banget, tidak pake trick or tipuan kamera. This is real from the spot.

Para tatung kalau dilihat secara sepintas akan tampak seperti pemain debus di Banten. Tetapi sebenarnya tidaklah demikian kenyataannya karena para tatung ini memiliki kekuatan untuk menyembuhkan orang yang sakit. Kalau mau diperbandingkan para tatung ini dapat dikatakan merupakan gabungan antara pemain debus dan dukun. Mereka dapat melakukan ini karena diyakini tubuh mereka dimasuki oleh roh dewa / dewi.

Pertunjukkan naga yang dilakukan oleh sebuah grup yang dapat terdiri dari beberapa puluh orang, sangat menyita perhatian warga kota dan wisatawan yang berkunjung ke kota ini saat Cap Go Meh. Hal ini tidaklah heran, karena untuk memainkan permainan naga yang panjang ini tentulah memerlukan orang yang banyak. Seekor naga mainan ini paling tidak memiliki panjang sekitar 20 meter minimalnya, belum lagi para pemain gendangnya. Permainan ini memerlukan fisik yang kuat dan prima. Terutama untuk pemain yang bertugas untuk memainkan kepala naga yang berat. Bisa 25 kg bobotnya.

Mengenai permainan barongsai dan singa ini sebenarnya mirip, hanya bagi orang yang awam dengan permainan jenis ini akan sedikit bingung membedakannya. Umumnya orang lebih banyak mengenal kata barongsai / kilin dibandingkan dengan singa / si. Untuk membedakan kedua jenis permainan ini sebenarnya cukup mudah. Perhatikan saja kepalanya. Jika memiliki tanduk maka itu pasti barongsai / kilin. Sedangkan bilamana tidak itu pasti singa / si. Untuk yang sudah ahli tanpa melihat sudah bisa membedakannya pada saat dimainkan yaitu dengan mendengar jenis irama tetabuhan yang dipukul. This is for the expert only.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, perayaan Cap Go Meh juga diikuti oleh beberapa kesenian dari etnis lain yang tinggal di Singkawang. Kesenian itu seperti reog, debus, jatilan dan kuda kepang. Sungguh sangat elok. Aneka seni budaya bisa saling bermain bersama. Siapa tahu suatu saat festival ini dapat menjadi sama meriahnya dengan Karnaval Rio de Jainero. Mimpi boleh saja kan ?! Weeeeeeeew What a beautiful dream ....... !!! :);) (MWB)

Read more...

Festival Lampion di Singkawang

Rabu, 27 Januari 2010


Kota Singkawang akan menjadi sangat sibuk menjelang hari Raya Imlek yang merupakan perayaan pergantian tahun dalam sistem penanggalan Tionghoa. Semuanya bisa dikatakan sangat sibuk dengan persiapan pergantian tahun ini karena seluruh warga kota Singkawang sangat menikmatinya. Keceriaan dan aura bahagia terpancar dari wajah warga kota, terutama yang merayakannya.

Dalam suasana Imlek ini yang menjadi fokus sebenarnya bisa dikatakan bukan hari pergantian tahun itu sendiri, melainkan hari-hari menjelang Festival Lampion dan Cap Go Meh. Biasanya perhatian warga lebih fokus pada persiapan perayaan Festival ini. Ini tentu bukan menjadi hal yang aneh karena sebuah event berkala besar tentu membutuhkan persiapan yang terencana rapi.

Festival Lampion sebetulnya merupakan bagian dari rangkaian Fetival Cap Go Meh. Festival Lampion ini menjadi begitu meriah sebenarnya baru dalam beberapa tahun terakhir ini. Sebelumnya tidak terdapat acara yang bernama Festival Lampion. Kalau melihat jauh ke belakang, Festinal Lampion atau Lentera ini merupakan modifikasi dari kegiatan yang dinamakan upacara pembersihan jalan pada malam sebelum pelaksanaan Festival Cap Go Meh.

Kegiatan yang berupa upacara pembersihan jalan yang akan dilalui oleh para tatung pada saat Festival Cap Go Meh, memiliki tujuan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada saat parade para tatung melakukan aksi kegiatannya. Jika pada tahun-tahun sebelumnya hanya berupa pawai biasa saja, maka sejak beberapa tahun telah terakhir ini telah mengalami perubahan yang sangat dratis dalam penampilannya. Tujuan utamanya tetap sama yaitu untuk membersihkan jalan dari gangguan roh-roh halus.Dengan adanya modifikasi ini perayaan yang biasanya hanya dinamakan cuci jalan mendapat nama keren yaitu Festival Lampion. Ide yang sangat cemerlang, jika di tinjau dari segi marketing. :)

Festival Lampion, jika kita perhatikan maknanya juga identik dengan upacara Cuci Jalan karena fungsi Lampion yang bertujuan menjadi penerang sehingga roh-roh jahat tidak mengganggu.Jalan terang makan roh-roh jahat akan takut. Tentu saja hal ini juga diikuti dengan ritual baca mantra oleh para tatung di sepanjang jalan yang mereka lalui. Kegiatan ini persis dengan kegiatan Ogoh-ogoh di Bali yang dilakukan sebelum pelaksanaan Nyepi. :)

Parade Lampion yang beraneka bentuk pada malam Festival Lampion ini sangat meriah. Bentuk lampion yang tampak dapat berupa keduabelas binatang yang terdapat dalam Shio seperti kepercayaan masyarakat Tionghoa. Aneka kendaraan hias yang dipenuhi dengan lentera sungguh sangat indah dipandang mata. Belum lagi pertunjukan barongsai dan naga yang meliuk-liuk dengan anggunnya dengan iringan tetabuhan, sungguh luar biasa.

Ada hal lain yang sangat menarik selama parade Festival Lampion ini berlangsung. Sesuatu yang menjadi nilai yang sangat positif dalam kehidupan untuk saling toleransi. Dalam kegiatan ini hampir semua etnis yang tinggal di kota Singkawang ikut berpartisipasi. Sikap toleran seperti ini jarang dapat ditemukan dalam lingkungan masyrakat yang sangat majemuk. Bersyukurlah Singkawang dengan penduduknya yang mampu untuk saling menghormati.Thats why i am so p proud to be a Singkawanger. :);) (MWB)

Read more...

Kota Pontianak


Pontianak merupakan ibukota propinsi Kalimantan Barat yang dilintasi tepat oleh garis Khatulistiwa. Kota ini merupakan pintu gerbang untuk masuk ke Kalimantan Barat. Di kota inilah terletak bandara Supadio dan pelabuhan laut Dwikora, yang mana setiap pendatang yang datang melalui jalur laut dan udara untuk ke kota kecil lainnya di KalBar pasti harus melewati kota ini sebagai tempat transit.

Selain dilalui oleh garis Equator, kota Pontianak juga dilalui oleh dua sungai yang bertemu di dekat Kraton Kesultanan Pontianak. Kedua sungai ini bernama Sungai Landak dan Sungai Kapuas. Sungai Kapuas merupakan sungai yang terpanjang di Indonesia, dengan panjang sekitar 800 km. Di sepanjang tepi sungai Kapuas dan Landak yang melintasi kota Pontianak ini dapat kita lihat pemandangan yang sangat menarik. Rumah-rumah penduduk yang berada di tepi sungai ini kalau kita telusuri kalau berjalan kaki akan sangat membuat rasa penasaran kita timbul. Rumah berdiri di atas tiang-tiang kayu jenis meranti yang tidak akan lapuk dimakan oleh air. Dan jembatan yang digunakan untuk menghubungkan tiap rumah yang berada di tepi air ini juga terbuat dari jenis bahan yang sama. Sebenarnya banyak rumah yang berada di tepi sungai ini yang berusia lebih dari seratus tahun, akan tetapi karena tidak terurus dan kurangnya perhatian dari pemilik serta pemerintah untuk melestarikannya mengakibatkan rumah ini banyak yang rusak berat atau malah roboh.

Kota Pontianak secara etnis di dominasi oleh suku Melayu, Tionghoa dan Daya'. Selebihnya aneka macam etnis lainnya seperti Jawa, Sunda, Madura, Batak dsb. Sedangkan bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari ialah bahasa Indonesia, Melayu dan Tiochiu. Untuk jenis bahasa etnis yang lainnya cenderung hanya dipakai dalam komunitas mereka saja atau di rumah.

Kota yang berpenduduk sekitar 600.000 jiwa ini berdiri pada tanggal 23 Januari 1771. Pendirinya ialah Syarif Abdurrahman Alkadrie, yang merupakan raja pertama dari Kesultanan Pontianak.

Ada suatu kejadian alam yang sangat menarik di Pontianak ini yang terjadi dua kali dalam setahun yang itu dimana pada tepat jam 12 siang orang yang berdiri tepat di garis Equator tidak akan memiliki bayangan. Hal ini terjadi karena matahari tepat berada di atas orang tsb. So amazing event !!! Jadi penduduk Pontianak bolehlah menyombongkan diri sebagai orang yang tidak memiliki bayangan pada saat tersebut seperti Casper, hehehehehehe. Peristiwa ini terjadi pada bulan Maret dan September setiap tahunnya. (MWB)

Read more...

Kota Singkawang


Singkawang merupakan sebuah kota yang terletak di pantai utara Kalimantan Barat. Berjarak sekitar 145 km dari kota Pontianak yang merupakan ibukoyta propinsi KalBar. Kota yang pada tahun 2009 mendapat penghargaan Adipura untuk kali kedua kategori Kota Menengah ini dahulu memiliki julukan Kota Amoy. Sedangkan saat ini Singkawang lebih terkenal dengan julukan kota dengan Seribu Kelenteng / Kuil.

Julukan kota ini sungguh bukan mengada-ada karena hampir di setiap jalan atau gang akan dapat kita temukan paling tidak sebuah kelentang atau kuil kecil. Di pusat kota saja dapat kita temukan paling tidak sekitar 5 buah Kuil besar yang usinya diatas 1 abad. Sungguh suatu bangunan yang sangat menarik untuk dilihat. Bangunan dengan warna yang sangat menyolok mata karena warnanya yang jreng yaitu kombinasi yang didominasi warna merah, kuning dan hijau. Dihiasi dengan ukiran patung singa dan naga.

Banyaknya kuil yang terdapat di kota ini sebenarnya bukan suatu hal yang aneh. Kota yang berpenduduk sekitar 300 ribu jiwa ini sebenarnya di dominasi oleh penduduknya yang mayoritas etnis Tionghoa. Diikuti oleh etnis Daya' , Melayu dan aneka etnis lainnya seperti Jawa, Bugis, Madura, Batak dan lain sebagainya. Meskipun terdiri dari berbagai macam etnis, kerukunan antar penduduk cukup baik. Dan bahasa gaul di kota ini didominasi bahasa Indonesia, Melayu dan Tionghos dialek Kek untuk di dalam kota sedangkan untuk sekitar luar kota bagian selatan ditambah dengan bahasa Daya'. Sangat unik, sebagian besar masyarakat kota Singkawang dapat berbicara dalam beberapa bahasa daerah. Penulis sendiri dapat berbahasa sekitar 10 bahasa daerah meskipun tidak begitu lancar.

Sebagai sebuah kota yang terdiri dari multietnis, Singkawang sudah tentu merupakan sebuah melting pot bagi keanekaragaman ini. Salah satunya ialah adanya disain / motif kain yang mencerminkan 3 etnis mayoritas yang terdapat di kota ini. Motif kain TiDaYu ( Tionghoa, Daya' dan Melayu ) merupakan sebuah bukti terjadinya asimilasi budaya yang sangat bagus. Keanekaan budaya yang saling memperkuat, mempersatukan.

Dari sisi Kuliner dapat kita temukan aneka macam masakan. Mulai dari seafood, sate, rendang, caipan, kincipan, kuetiau rujak, lemang dapat kita nikmati setiap hari. Meskipun yang mendominasi merupakan Chineese food, tapi ini bukan merupakan suatu hal yang menjadi halangan akan tetapi malah menjadi suatu trade mark sendiri suatu hal yang membanggakan. Bagi wisatawan yang doyan makan, Singkawang merupakan surga makanan. Makanan yang disajikan merupakan makanan yang fresh. Aneka penganan tradisional dapat kita temukan, sungguh luar biasa menyenangkan.

Di samping makanan dan kuil, Singkawang juga memiliki tempat wisata alam yang sangat indah. Pantai, gunung dan hutan terdapat di sekitar kota dengan jarak yang tidak begitu jauh. Pantai Pasir Panjang Indah merupakan salah satu Pantai yang terdapat di kota Singkawang dengan jarak sekitar 17 km. Pantai dengan pasirnya yang putih dan pohon pinus di sepanjang bibir, sungguh elok. Gunung Poteng yang menjulang di bagian selatan berbentuk seperti jempol jari merupakan tempat yang sejuk dan nyaman untuk berleha-leha. Hutan yang terdapat di sekitar kota juga sungguh enak untuk dijelajahi sebagai medan tracking.

Tak lupa pula dapat kita kunjungi kebun binatang yang terletak di Sinka Island Park, taman bunga Bukit Bougenville serta Kolam Teratai yang merupakan sebuah danau buatan. Sungguh suatu hal yang sangat menyenangkan.(MWB)

Read more...

Choipan

Merupakan salah satu jenis kuliner khas Kalimantan Barat yang sangat terkenal terutama dikalangan masyarakat etnis Tionghoa. Caipan merupakan sejenis makanan yang mirip dengan lumpia akan tetapi bahan pembungkusnya yang berbeda. Bila pada lumpia terbuat dari tepung terigu makan pada choipan terbuat dari tepung beras. Begitu juga cara memasaknya juga terdapat perbedaan. Jika lumpia digoreng maka caipan cara memasaknya dengan cara dikukus sampai matang. Untuk isinya bisa dikatakan sama yaitu sayuran terdiri dari rebung, kucai dan bengkuang. Untuk isinya biasanya dicampur dengan udang ebi. Dan di atasnya ditaburi dengan bawang putih goreng sehingga baunya sangat harum mengundang selera.

Ukuran jenis makanan khas Kalimantan barat ini pas untuk satu kali suap. Choipan akan sangat lezat jika dimakan dalam keadan masih hangat. Apalagi jika ditambah dengan saos cabe rawit yang pedas khas Kalimantan Barat, maka kita tidak akan merasa puas jika tidak memakannya sampai kenyang. Untuk yang ingin mendapatkan rasa dan aroma yang lebih nikmat biasa menaruhnya di atas daun pisang sebagai alas makan caipan.

Merujuk dari asal kata nama penganan ini yang memiliki arti kata harafiah yaitu sayuran kue. jadi bisa dikatakan sebagai kue yang dalamnya berisi sayuran. Sungguh kreatif orang yang menemukan atau yang membuat jenis penganan ini. Sudah rasanya sangat lezat dan bau aromanya yang sangat mengundang selera harganyapun tidak membuat kantong kita terkuras. Murah meriah, lezat membuat selera kita terhadap makanan akan meningkat. Untuk yang ingin mencoba makanan jenis ini silahkan berkunjung ke Kalimantan Barat khususnya Singkawang dan Pontianak. (MWB)

Read more...

Sepanjang Jalan Singkawang - Pontianak


Sewaktu kususuri jalan dari Singkawang menuju Pontianak, banyak sekali hal-hal yang hinggap di kepalaku. Aneka macam ide berseliweran bagai walet yang terbang mencari makanan disore hari. Ide-ide ini muncul karena melihat banyaknya potensi wisata yang terdapat hanya di sepanjang jalan raya, Singkawang - Pontianak. Potensi itu tidak hanya pantai saja tetapi juga gunung dan sungai yang belum dimanfaatkan secara maksimal oleh pemerintah daerah dan pelaku bisnis wisata.

Saat kendaraan yang saya pergunakan mulai meninggalkan kota Singkawang, mulai tampak apa yang bisa dikembangkan sebagai potensi wisata di daerah ini. Bukit-bukit kecil yang memiliki ketinggian beberapa ratus meter dari permukaan laut dan masih ditumbuhi oleh pepohonan yang besar dan rimbun sudah tentu menjadi daya tarik tersendiri. Berdasarkan keadaaan kontur alam ini wisata yang dapat dikembangkan ialah pembuatan lokasi tracking. Disamping sebagai tempat wisata lokasi tracking ini juga bisa merupakan sarana olah raga keluarga. Keluarga dapat berkumpul bersama dan melakukan aktivitas luar rumah yang menyehatkan. Sekali lagi murah meriah dan badanpun sehat.

Tidak terasa 15 menit waktu telah berlalu dan kendaraanpun sudah sampai di desa Sedau. Di desa ini terdapat lokasi wisata Sinka Island Park dan Pantai Teluk Mak Jantuk. Sinka Island Park merupakan sebuah lokasi Wisata yang tampak sekali memiliki sebuah perencanaan yang sangat baik. Resort ini memiliki kebun binatang dan sarana hiburan lainnya yang sudah baik ( jangan bandingkan dengan Ancol yang sudah lama dan bermodal besar ). Untuk wilayah KalBar Sinka Island Park Resort merupakan tempat wisata yang terbaik penataannya. Dan di tidak jauh dari lokasi ini terdapat sebuah pantai yang juga sering dikunjungi oleh masyarakat Singkawang untuk berpiknik sekaligus memancing yaitu Pantai Teluk Mak Jantuk. Hanya sayangnya belum dikembangkan.

Sekitar seperempat dari Sedau maka akan kita temukan deretan pantai yaitu Pantai Pasir Panjang Indah, Taman Wisata Rindu Alam, Pantai Kura-Kura, Pantai Batu Payung dan Pantai Karang Gosong. Pantai-pantai ini sangat indah, berpasir putih dengan ombak yang tidak terlalu besar. Menurut hemat saya pantai-pantai yang ada di sini lebih bagus dari pada Pantai kuta maupun Sanur serta Nusa Dua di Bali. Hanya karena kurang promosi dan penataan yang membuat potensi yang ada kurang berkembang.

Di jalan yang letaknya bersisian dengan tepi laut tepatnya di daerah Sungai Raya, dapat kita temukan potensi wisata yang sangat besar. Di sisi jalan raya ini dapat kita lihat laut Cina Selatan dan bila kita berada di sini pas diwaktu matahari terbenam maka kita akan dapat menikmati suasana indah yang sangat nyaman. Menikmati sunset dan hembusan angin laut sambil minum kopi hangat atau buah kelapa muda. Waaww sangat mengasikkan.

Melanjutkan perjalanan sambil menikmati suasana dan pemandangan yang ada tak terasa sudah sampai di sampai kota Mempawah yang memiliki beberapa seugai yang besar. Kembali otak iseng saya terusik. Bukankah ini juga merupakkan potensi wisata yang cukup besar? Terbayangkan di benak saya suasana sambil minum kopi atau es kelapa muda sambil menaiki kapal berleha-leha. Menyusuri sungai menggunakan kapal motor sambil tiduran atau makan-makan. Persis di Thailand dengan wisata sungainya. Semoga ini nantinya bukan sebuah khayalan saja.

Sementara kendaraan terus berjalan tak terasa sudah memasuki wilayah kota Pontianak yang dibelah oleh sungai Kapuas dan Landak. Saat melintasi jembatan sungai Kapuas dan Landak ini terbayang lagi suasana duduk di atas kapal sambil bersenda gurau. Saat malam menikmati panorama dan suasana sungai Kapuas sambil melihat keindahan kerlipan cahaya lampu kapal motor yang lewat ataupun cahaya dari rumah yang terletak ditepiannya seperti kunang-kunang yang berterbangan sungguh menggugah perasaan. Pun saat siang tau malam kita dapat menyusuri tepian sungai ini untuk menikmati keindahannya.

Akhirnya sampailah saya di rumah sambil memikirkan ide saya tadi yang keseliweran dibenakku. Semoga hal yang terpikirkan tadi disadari oleh Pemerintah daerah dan pelaku bisnis wisata untuk segera mengembangkannya.

Read more...

Labels

anggrek hitam (1) Antu gergasi (1) bakpao (1) bakul (1) bambu (1) baning. Nephentes (2) barongsai (3) baronsai (1) batik (2) batik Tidayu (2) bawang putih (1) Bengkayang (1) bengkuang (1) beras ketan (1) betang (1) Bidayuh (1) bika (1) bokor (1) Borneo (1) buah golau (1) bubur (1) bubur gunting (1) bukit kelam (1) cakkue (1) cap go meh (2) cerita dayak (1) cerita rakyat (1) Cucur (1) cuisine (1) daging babi (2) daun pandan (1) daun pisang (1) Dayak (14) Dayak Jangkang (1) dayak mualang (1) Dayak Ngaju (1) Dayak pesaguan (1) Dewi Kwan Im (1) doa bapa kami (1) dwikora (1) ensaid panjang (1) es jeruk nipis (1) Festival (1) garam (1) gima (1) giring-giring (1) gula merah (4) gula pasir (2) gunung (2) ham pan (1) handcraft (12) hukum adat (2) hutan (2) Iban (1) ibanik (1) ikan (1) imlek (1) Jubata (1) juhi (1) kacang tanah (1) kain (2) Kalbar (10) Kalimantan Barat (33) kanayat'n (1) kantong semar (1) kantong semarm sintang (3) kapuas (2) katak (1) kayau (1) kelenteng (1) kelepon (1) kendayan (1) kerajinan tangan (8) keranjang (1) ketan (1) ketapang (1) ketupat (1) kue (8) kue bongko (1) kue dadar gulung (1) kue getuk ubi (1) kue Hu (1) kue kelepon (2) kue lapis (1) kuetiau (1) kuil (1) kuliner (2) lamang (1) lampion (1) landak (1) laut (1) leluhur (1) lezat (1) lila (1) lotos (1) makanan (4) manik-manik (5) Manisan (2) manuhir (1) Melayu (4) mengayau (1) mietiau (1) muri (1) naga (4) nenas (1) Ngaju (1) Nyobeng (1) Oleh-oleh (2) oncoi (1) our lord prayer (1) Pahuni (1) pakaian adat (5) pandan (1) panggang (1) pangkong (1) pantai (2) parutan kelapa (2) pati nyawa (1) peci (2) Pekong (2) penganan (1) Pengkang (1) petis (1) pewarna makanan (1) pisang goreng (1) Pontianak (4) pulut (1) ragi (1) resort (1) rujak (1) rumah adat Dayak (1) Rumah panjang (1) santan (2) sapek (1) Sekadau (1) serampang (1) singa (1) singgkawang (2) singkap mangkok (1) singkar (1) Singkawang (44) singkop (1) Sintang (3) sola (1) songkok (2) sotong (1) sungai (3) Supadio (1) tael (1) tajau (2) Tampung (1) tape (1) tathung (1) Tatung (2) telur (1) tempayan (2) Temple (2) tengkorak (1) tenun ikat (4) tenun traditional (1) Teping kanji (1) tepung beras (3) tepung beras ketan (1) tepung gandum (1) tepung terigu (1) thiam pan (1) timun (1) tionghoa (4) Toa Pekong (1) traditional (1) tuak (1) Tumpi (1) Tumpik (1) ubi kayu (1) udang (1) upacara (1) vanili (1) vihara (3) wajik (1) wajik ketan (1) wisata (1)

  © Blogger template The Professional Template II by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP